"Termasuk parpol peserta pemilu yang harus memberikan pemahaman kepada masyarakat agar tak mudah percaya dengan isu yang beredar dan didorong membiasakan untuk memverifikasi setiap informasi, " tutur dia.
Dedi Kurnia Syah mengatakan, hoaks yang diproduksi tersebut bertujuan untuk menarik simpati dan memprovokasi masyarakat, terlebih kaum milenial dan generasi zilenial (gen Z). "Sejauh ini tidak ada satu pun parpol di Indonesia yang punya tim riset dan analisis sosial cukup berpengaruh, sehingga mereka kesulitan mempertahankan pemilih tetap. Karena kesulitan itu lah hoaks menjadi bagian dari upaya menarik simpati dan memprovokasi pemilih baru," ucap Dedi Kurnia Syah.
Dedi menilai parpol bukanlah elemen yang bisa menangkal atau mengendalikan hoaks. "Harus ada edukasi dan literasi ke parpol juga soal hoaks ini. lantaran dugaan kuat hoaks politis lebih banyak lahir dari mereka sendiri," ujar dia.
Dedi mengatakan, banyaknya hoaks yang beredar di tahun politik, baik yang mengandung unsur SARA, ujaran kebencian maupun saling menjatuhkan satu sama lain merupakan kondisi kelam perpolitikan di Indonesia.
Editor : Ude D Gunadi
Artikel Terkait