Kini giliran kita untuk menjawab: warisan seperti apa yang akan kita tinggalkan? Apakah kita akan menjadi generasi yang tetap menyimpan Tjondre di balik pinggang, atau yang mulai menulis ulang sejarah dengan pena dan nurani?
Jawabannya, seperti yang dikatakan penulis naskah itu sendiri lebih dari 150 tahun lalu:
“Siapa pun yang menemukan kesalahan dalam kisah ini, harap membetulkan dan memaafkan saya.”
*) Saep Lukman, anggota Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kabupaten Cianjur
Editor : Agus Warsudi
Artikel Terkait