Oleh: Saep Lukman
Mukadimah
Ketika seorang bangsawan menulis sejarahnya sendiri, dia tidak hanya mencatat kejadian, tetapi juga menyisipkan cermin batin, luka keluarga, dan harapan atas penerusnya. Naskah Inlandsche Verhalen van den Regent van Tjiandjoer, in 1857, ditulis oleh Bupati Cianjur diduga RAA Kusumaningrat atau dikenal sebagai Dalem Pancaniti.
Naskah ini menjadi salah satu contoh langka dari memoar lokal yang bersentuhan langsung dengan pusat kekuasaan kolonial, adat Sunda, Islamisasi bangsawan, hingga konflik internal dalam dinasti Priangan.
Lebih dari sekadar catatan keluarga, naskah ini merupakan refleksi kelas elite bumiputera di tengah sistem tanam paksa, struktur kolonial VOC dan Hindia Belanda, serta tarik-menarik antara ketaatan budaya dan tekanan modernitas yang semakin mendekat.
Di tengahnya, kita menemukan tokoh-tokoh seperti, Adipati Wira Tanu Datar yang digambarkan begitu agung. Raden Aria Wira Negara yang sadis dan ambisius, serta figur mistis seperti jin perempuan dan Badak Putih yang membentuk struktur kekuasaan secara gaib.
Yang menarik, naskah ini ditulis pada tahun-tahun setelah sistem tanam paksa kopi (cultuurstelsel) mengalami pelapukan, tepat ketika Hindia Belanda berusaha menata ulang hubungan pusat-daerah. Dengan kata lain, ini adalah sebuah naskah batas zaman, antara dunia lama yang sarat tahayul, dan dunia baru yang sedang ditata dengan peta, statistik, dan hukum.
Editor : Agus Warsudi
Artikel Terkait