Djukardi “Bongkeng” Adriana, Senior Advisor EIGER Adventure Service Team (EAST) sekaligus penggagas WJSC, menyampaikan keprihatinannya terhadap minimnya bekal pengetahuan pendaki pemula saat ini. Sebagai bagian dari EAST, tim otonom di EIGER yang fokus pada kegiatan alam terbuka, Kang Bongkeng memastikan bahwa agenda seperti WJSC akan terus berlanjut secara rutin, khususnya bagi para pendaki dan petualang muda.
Petualang senior berusia 74 tahun ini berbagi pengalamannya, bahwa banyak pendaki pemula yang terjun ke alam terbuka tanpa persiapan ilmu yang memadai, sehingga rentan terhadap kecelakaan. “Saya berharap pendakian di Indonesia semakin banyak yang menyenangi karena mendaki gunung memberi banyak makna dan manfaat, namun yang harus diperhatikan adalah gunung atau alam terbuka tetap mengandung bahaya dan mengundang bahaya, bekal pengetahuan dan mental bertahan hidup di alam sangat diperlukan,” tutur Kang Bongkeng.
Salah satu peserta WJSC 2025, Wa Ode Alya, yang berasal dari Kota Baubau, Pulau Buton, Sulawesi Tenggara, menceritakan perjuangannya menempuh perjalanan tiga hari dua malam menggunakan kapal laut dan jalur darat untuk mencapai Gunung Galunggung. "Lelah dalam perjalanan sudah pasti dirasakan. Rumah saya jauh di Baubau, Sulawesi Tenggara. Namun ketika tiba di sini, keinginan saya untuk belajar survival di alam terbuka difasilitasi penuh oleh tim EIGER. Apalagi di sini pun kami dilatih untuk memahami psikologi diri dan mental, karena dalam bertahan hidup di alam, bukan hanya tentang ilmu dan fisik, namun berlatih mental juga sangat penting," ungkapnya, membuktikan semangat dan dedikasi para peserta WJSC 2025.
Melalui kegiatan inspiratif seperti Women Jungle Survival Course 2025, EIGER Adventure terus menunjukkan komitmennya dalam menyediakan ruang belajar dan berlatih bagi para Eigerian dari seluruh Indonesia, selaras dengan nilai-nilai yang telah dipegang teguh selama 35 tahun terakhir: untuk alam, manusia, dan Indonesia.
Editor : Agung Bakti Sarasa
Artikel Terkait