“Kalau nanti sopir digaji dan ada batas usia, bagaimana nasib kami yang sudah di atas 50 tahun? Jangan sampai perubahan ini malah mematikan kami,” tegasnya.
Hal serupa disampaikan oleh Ismail (61), sopir angkot yang sudah merasakan transisi dari era Bemo.
“Aturan boleh-boleh saja. Tapi kendaraan ini banyak, belum jelas mau dikemanakan. Dulu juga sempat ada wacana aplikasi, tapi tak pernah selesai,” katanya.
Ia mengungkapkan bahwa kondisi saat ini ekonomi sopir angkot sudah terjepit, tidak bisa mencapai target yang harus disrtorkan perhari.
“Buat setoran aja susah, apalagi buat kebutuhan rumah,” imbuhnya.
Sementara itu, Dadang, sopir lainnya, juga mengeluhkan minimnya informasi dari dinas terkait.
Editor : Rizal Fadillah
Artikel Terkait