Rangkaian kegiatan meliputi penyampaian materi, lokakarya pemanfaatan obat tradisional aman dan efektif, serta diskusi keamanan pangan rumah tangga. Peserta juga menerima buku “Kader Kesehatan Mitra Apoteker” sebagai panduan praktik di lapangan.
Ketua tim pengabdian Sekolah Farmasi ITB, Prof. Dr.rer.nat. apt. Sophi Damayanti, M.Si., menegaskan bahwa ketahanan pangan keluarga tidak hanya menyangkut ketersediaan bahan makanan, tetapi juga proses pengolahan, penyimpanan, dan konsumsi yang aman.
“Ketahanan pangan keluarga bukan sekadar soal ketersediaan, tapi juga cara pengolahan dan penyimpanan yang aman. Kontaminasi pangan bisa memperburuk status gizi anak,” jelasnya.
Menurut Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi stunting nasional hanya turun 0,8 persen dari tahun sebelumnya, sedangkan di Kecamatan Sepaku, 1 dari 4 anak masih mengalami stunting. Karena itu, Sophi menekankan pentingnya pemanfaatan tanaman herbal lokal seperti kelor, temulawak, dan kunyit untuk memperbaiki gizi dan imunitas anak.
Senada, Apt. Defri Rizaldy, Ph.D., menambahkan bahwa sumber daya alam Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan pangan fungsional dan obat tradisional.
Editor : Rizal Fadillah
Artikel Terkait