Ia juga menyinggung tentang penguatan komoditas hortikultura dalam negeri yang dinilai sudah cukup kuat. Namun, beberapa komoditas seperti jeruk dan anggur masih perlu ditingkatkan agar tidak bergantung pada impor.
“Hortikultura kita sudah baik, tapi masih ada komoditas yang perlu digenjot produktivitasnya. Keinginan Presiden jelas: apa yang bisa diproduksi di dalam negeri, jangan diimpor,” ujarnya.
Selain menyoroti kemandirian pangan, Sudaryono juga menegaskan bahwa program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dijalankan pemerintah memiliki dampak besar terhadap pemerataan ekonomi desa.
“Program MBG ini bukan cuma soal makan. Ini pemerataan gizi sekaligus penggerak ekonomi rakyat. Bukan bikin orang kaya tambah kaya, tapi membuat masyarakat yang tadinya miskin jadi sejahtera,” tegasnya.
Menurutnya, pelaksanaan MBG menciptakan emerging market baru bagi produk pertanian dalam negeri. Saat ini baru sekitar delapan ribu dapur MBG beroperasi di Indonesia, dan jumlah itu akan terus bertambah seiring peningkatan kebutuhan bahan pangan.
“Kalau jumlah dapur MBG bertambah, kebutuhan sayur, hortikultura, buah-buahan, hingga protein hewani juga meningkat. Uang dari kota akan berputar di desa,” jelasnya.
Ia menambahkan, satu dapur MBG dapat menyerap hingga 50 tenaga kerja langsung dan melibatkan sekitar 200 orang dalam rantai pasoknya.
Editor : Rizal Fadillah
Artikel Terkait
