Dalam upaya menghentikan kehancuran yang dilakukan Nian, para penduduk desa membuat model hewan berbentuk singa yang terbuat dari bambu dan kertas dengan digerakan oleh dua orang sambil diiringi dengan suara pukulan panci dan wajan.
Terdapat juga sejarah yang mengatakan bahwa kesenian ini mulai popular pada zaman dinasti Selatan-utara atau Nan Bei sekitar tahun 420-589 Masehi. Pada saat itu pasukan dari raja Song Wen Di sudah tidak sanggup untuk melawan serangan dari pasukan gajah raja Fan Yang yang berasal dari negeri Lin Yi. Lalu seorang panglima perang bernama Zhong Que membuat sebuah boneka tiruan yang menyerupai singa utuk mengusir pasukan raja Fan Yang. Upaya yang dilakukan oleh panglima itu pun berhasil dan tarian barongsai ini pun menjadi legenda hingga saat ini.
Barongsai pertama kali masuk ke Indonesia diperkirakan pada abad ke-17, dibawa oleh para imigran dari Tiongkok Selatan. Pada zaman perkumpulan Tiong Hoa Hwe Koan, Barongsai mengalami masa maraknya. Saat itu disetiap perkumpulan Tiong Hoa Hwe Koan di setiap daerah di Indonesia pasti memiliki perkumpulan Barongsai.
Sayangnya hal itu berhenti pada tahun 1965 dimana adanya Gerakan 30 S/PKI yang menyebabkan segala bentuk kebudayaan Tionghoa di Indonesia dibungkamkan. Setelah tahun 1998 dimana terjadinya perubahan situasi politik di Indonesia barongsai dapat bangkit kembali hingga saat ini dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia. (*)
Editor : Abdul Basir